Let Me Introduce Myself


#CHAPTER 1

Hai… namaku Gray, aku anak tunggal dari pasangan pasutri yang tinggal di sekitar komplek perumahan mewah di kota Jakarta, tetapi saat ini aku sudah tidak tinggal di komplek tersebut. Tempat tinggalku saat ini berupa rumpunan jeruji-jeruji besi, yaitu berupa penjara tahanan. Aku dikenal sebagai anak yang pendiam dan penyendiri. Karena aku memiliki kelainan jiwa yang sudah tertanam didalam diriku sejak aku kecil. Banyak orang yang menjauhiku, mengasingkanku, dan mereka bahkan tidak ingin berteman denganku, tetapi aku sangat enjoy dengan kehidupanku yang seperti itu karena tidak ada yang mengatur kehidupanku kecuali diriku sendiri dan aku bisa melakukan apapun yang aku suka tanpa ada yang melarangku.
Saat ini aku berumur 22 tahun. Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu dan aku sudah 4 tahun tinggal dibalik kumpulan jeruji-jeruji besi ini. Hidup di dibalik kumpulan jeruji besi tidak begitu menyeramkan bagiku, tetapi jiwaku merasa tertekan dikarenakan sudah beberapa tahun ini aku tidak pernah mendengar suara merdu berupa teriakan dan melihat tumpahan darah yang begitu menenangkan. Aku sangat menyukai warna hitam, hampir semua barang yang aku punya dan yang aku kenakan selalu dominan terdapat warna hitam. Warna hitam bagiku ialah warna kegelapan yang dapat menenangkan jiwaku, termasuk disaat langit sudah mulai gelap dikarenakan sudah memasuki waktu malam. Kegelapan malam dapat memberikanku sebuah gairah untuk melakukan hobiku, yaitu menciptakan suara merdu berupa teriakan serta membuat sebuah kolam kecil yang berisi genangan-genangan darah.
Aku sangat menyukai suatu kejadian disaat orang lain terluka, entah itu terluka karena disiksa, dibunuh, diperkosa, apalagi jika orang tersebut terluka karena aku yang melakukannya. Disaat aku melihat atau bahkan aku sendiri yang melakukan kegiatan seperti itu jiwaku merasa lebih baik dibandingkan pada saat diriku tidak melakukan kegiatan tersebut. Belasan tahun yang silam aku pernah mengalami kehidupan yang tidak menyenangkan dan mengakibatkan jiwaku sangat tertekan. Saat aku berumur 7 tahun, aku menjadi bahan bullying oleh orang-orang disekitarku dikarenakan aku sangat menyukai boneka. Mereka selalu membullyku disaat aku bermain bersama boneka-boneka kesayanganku dan bahkan beberapa dari mereka ada yang berusaha merebut boneka-boneka milikku dan merusaknya. Kejadian bullying itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali melainkan berkali-kali. Setelah bonekaku dirusak, mereka juga memukulku, menamparku, dan melucuti pakaianku di depan banyak orang. Sikap mereka membuatku marah akan perlakuan yang mereka buat kepadaku. Namun, sekarang mereka menjadi boneka-bonekaku yang kupermainkan. Tidak hanya kejadian bullying  saja yang menekan jiwaku, melainkan kerasnya permasalahan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dari kedua orang tuaku juga aku rasakan. Tiap malam aku selalu mendengar suara pecahan gelas, piring, tamparan, pukulan, dan tangisan mama disaat terjadi pertengkaran dengan papa. Kedua orang tuaku selalu bertengkar karena papaku sangat menyukai dunia club malam, mabuk-mabukan, main perempuan, judi, dan hobinya balapan liar. Papa selalu menghambur-hamburkan uang untuk menuruti semua keinginannya. Sedangkan mama, tiap harinya bekerja tidak kenal waktu mencari uang untuk memenuhi kebutuhan dikeluarga kami. Mama selalu menjadi bahan pelampiasan papa disaat dirinya sedang mabuk. Sedangkan aku selalu merasa ketakutan tiap malam disaat aku mendengar pertengkaran hebat diantara mereka berdua. Bahkan, mama menjadikan diriku sebagai pelampiasan emosinya, setelah mama diperlakukan keji terhadap papa. Pada saat kondisi itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa, hari demi hari jiwaku semakin tertekan akan dua kejadian yang aku rasakan. Keadaan lingkungan tempat tinggalku yang tidak mendukung dan suasana dikeluargaku yang tidak nyaman membuatku membenci semua aktivitas yang dilakukan oleh banyak orang.
Semenjak dua kejadian yang selalu menekan jiwaku, aku semakin terbiasa akan hal-hal yang seperti itu, bahkan aku sangat menyukai sebuah kegiatan yang berupa penyiksaan keji dan pembunuhan sadis. Jiwa kemanusianku terasa hilang begitu saja dari dalam diriku dan bahkan perasaan belas kasihan terhadap sesama manusia sudah tiada. Sebelum jeruji-jeruji besi ini menguasai seluruh tubuhku, hampir tiap malam aku menuruti keinginan hatiku yang akhirnya saat ini telah menjadi hobiku, yaitu menyiksa manusia secara sadis serta membunuhnya dengan perlahan. Aku selalu melakukan kegiatan hobiku di hutan dan disebuah gang perumahan sempit yang tidak pernah dilewati orang. Pisau dan gunting telah menjadi teman karibku, mereka selalu menemaniku untuk memenuhi keinginanku. Aku tidak tahu entah berapa banyak darah yang telah melumuri bagian tajam pisau dan guntingku itu.
Hutan ialah tempat favoritku untuk mendengarkan suara merdu dari manusia yang sedang aku jadikan boneka. Suara merdu itu terbentuk dari kegiatan penyiksaan ditahapan awal, yaitu menguliti seluruh bagian tubuhnya, menyayat tangannya, mengiris daun telinganya, mematahkan bagian gigi depannya, bahkan sesekali aku mencoba menusuk matanya dengan gunting yang aku punya. Tenang rasanya jiwaku setelah memenuhi hobiku. Ohh… sungguh aku seperti merasa berada di surga pada saat aku melihat pemandangan seperti itu. Penyiksaan demi penyiksaan telah aku lakukan selama di hutan, selanjutnya aku membawa bonekaku ke gang sempit perumahan sekitar dan aku akan melakukan tahapan selanjutnya. Ditahapan ini keadaan bonekaku sudah tidak berdaya mungkin ia hanya pasrah dan ingin cepat-cepat mati saja. Perasaan senang semakin menggebu-gebu dan aku tidak sabar untuk menciptakan kolam kecil kesukaanku itu. Kolam kecil itu terbentuk disaat aku sudah benar-benar mengantarkan jiwa bonekaku ke alam yang berbeda. Sayatan demi sayatan sudah memenuhi tubuhnya bahkan ada beberapa tusukan di bagian-bagian tertentu. Aku selalu menganggap hobiku itu ialah biasa, tetapi bagi orang yang memiliki kondisi jiwa normal hobi yang aku punya ialah hobi yang sangat mengerikan. Hari demi hari dan malam demi malam aku selalu menuruti hobiku itu sampai akhirnya hobiku itu kandas.


To Be Continue...

Comments

Post a Comment

Popular Posts