Let Me Introduce Myself
#CHAPTER 1
Source Image : https://im.boklm.eu/5164909725.html
Hai… namaku Gray, aku
anak tunggal dari pasangan pasutri yang tinggal di sekitar komplek perumahan
mewah di kota Jakarta, tetapi saat ini aku sudah tidak tinggal di komplek
tersebut. Tempat tinggalku saat ini berupa rumpunan jeruji-jeruji besi, yaitu
berupa penjara tahanan. Aku dikenal sebagai anak yang pendiam dan penyendiri. Karena
aku memiliki kelainan jiwa yang sudah tertanam didalam diriku sejak aku kecil.
Banyak orang yang menjauhiku, mengasingkanku, dan mereka bahkan tidak ingin
berteman denganku, tetapi aku sangat enjoy
dengan kehidupanku yang seperti itu karena tidak ada yang mengatur kehidupanku
kecuali diriku sendiri dan aku bisa melakukan apapun yang aku suka tanpa ada
yang melarangku.
Saat ini aku berumur 22
tahun. Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu dan aku sudah 4 tahun tinggal
dibalik kumpulan jeruji-jeruji besi ini. Hidup di dibalik kumpulan jeruji besi
tidak begitu menyeramkan bagiku, tetapi jiwaku merasa tertekan dikarenakan
sudah beberapa tahun ini aku tidak pernah mendengar suara merdu berupa teriakan
dan melihat tumpahan darah yang begitu menenangkan. Aku sangat menyukai warna
hitam, hampir semua barang yang aku punya dan yang aku kenakan selalu dominan
terdapat warna hitam. Warna hitam bagiku ialah warna kegelapan yang dapat
menenangkan jiwaku, termasuk disaat langit sudah mulai gelap dikarenakan sudah
memasuki waktu malam. Kegelapan malam dapat memberikanku sebuah gairah untuk
melakukan hobiku, yaitu menciptakan suara merdu berupa teriakan serta membuat
sebuah kolam kecil yang berisi genangan-genangan darah.
Aku sangat menyukai
suatu kejadian disaat orang lain terluka, entah itu terluka karena disiksa,
dibunuh, diperkosa, apalagi jika orang tersebut terluka karena aku yang
melakukannya. Disaat aku melihat atau bahkan aku sendiri yang melakukan kegiatan
seperti itu jiwaku merasa lebih baik dibandingkan pada saat diriku tidak
melakukan kegiatan tersebut. Belasan tahun yang silam aku pernah mengalami
kehidupan yang tidak menyenangkan dan mengakibatkan jiwaku sangat tertekan. Saat
aku berumur 7 tahun, aku menjadi bahan bullying
oleh orang-orang disekitarku dikarenakan aku sangat menyukai boneka. Mereka
selalu membullyku disaat aku bermain
bersama boneka-boneka kesayanganku dan bahkan beberapa dari mereka ada yang
berusaha merebut boneka-boneka milikku dan merusaknya. Kejadian bullying itu tidak hanya terjadi sekali
atau dua kali melainkan berkali-kali. Setelah bonekaku dirusak, mereka juga memukulku,
menamparku, dan melucuti pakaianku di depan banyak orang. Sikap mereka
membuatku marah akan perlakuan yang mereka buat kepadaku. Namun, sekarang
mereka menjadi boneka-bonekaku yang kupermainkan. Tidak hanya kejadian bullying saja yang menekan jiwaku, melainkan kerasnya
permasalahan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dari kedua orang tuaku juga
aku rasakan. Tiap malam aku selalu mendengar suara pecahan gelas, piring,
tamparan, pukulan, dan tangisan mama disaat terjadi pertengkaran dengan papa.
Kedua orang tuaku selalu bertengkar karena papaku sangat menyukai dunia club malam, mabuk-mabukan, main
perempuan, judi, dan hobinya balapan liar. Papa selalu menghambur-hamburkan
uang untuk menuruti semua keinginannya. Sedangkan mama, tiap harinya bekerja
tidak kenal waktu mencari uang untuk memenuhi kebutuhan dikeluarga kami. Mama
selalu menjadi bahan pelampiasan papa disaat dirinya sedang mabuk. Sedangkan
aku selalu merasa ketakutan tiap malam disaat aku mendengar pertengkaran hebat
diantara mereka berdua. Bahkan, mama menjadikan diriku sebagai pelampiasan
emosinya, setelah mama diperlakukan keji terhadap papa. Pada saat kondisi itu,
aku tidak bisa berbuat apa-apa, hari demi hari jiwaku semakin tertekan akan dua
kejadian yang aku rasakan. Keadaan lingkungan tempat tinggalku yang tidak
mendukung dan suasana dikeluargaku yang tidak nyaman membuatku membenci semua
aktivitas yang dilakukan oleh banyak orang.
Semenjak dua kejadian
yang selalu menekan jiwaku, aku semakin terbiasa akan hal-hal yang seperti itu,
bahkan aku sangat menyukai sebuah kegiatan yang berupa penyiksaan keji dan
pembunuhan sadis. Jiwa kemanusianku terasa hilang begitu saja dari dalam diriku
dan bahkan perasaan belas kasihan terhadap sesama manusia sudah tiada. Sebelum
jeruji-jeruji besi ini menguasai seluruh tubuhku, hampir tiap malam aku
menuruti keinginan hatiku yang akhirnya saat ini telah menjadi hobiku, yaitu
menyiksa manusia secara sadis serta membunuhnya dengan perlahan. Aku selalu
melakukan kegiatan hobiku di hutan dan disebuah gang perumahan sempit yang
tidak pernah dilewati orang. Pisau dan gunting telah menjadi teman karibku, mereka
selalu menemaniku untuk memenuhi keinginanku. Aku tidak tahu entah berapa
banyak darah yang telah melumuri bagian tajam pisau dan guntingku itu.
Hutan ialah tempat
favoritku untuk mendengarkan suara merdu dari manusia yang sedang aku jadikan
boneka. Suara merdu itu terbentuk dari kegiatan penyiksaan ditahapan awal,
yaitu menguliti seluruh bagian tubuhnya, menyayat tangannya, mengiris daun
telinganya, mematahkan bagian gigi depannya, bahkan sesekali aku mencoba
menusuk matanya dengan gunting yang aku punya. Tenang rasanya jiwaku setelah
memenuhi hobiku. Ohh… sungguh aku seperti merasa berada di surga pada saat aku
melihat pemandangan seperti itu.
Penyiksaan demi penyiksaan telah aku lakukan selama di hutan, selanjutnya aku
membawa bonekaku ke gang sempit perumahan sekitar dan aku akan melakukan
tahapan selanjutnya. Ditahapan ini keadaan bonekaku sudah tidak berdaya mungkin
ia hanya pasrah dan ingin cepat-cepat mati saja. Perasaan senang semakin
menggebu-gebu dan aku tidak sabar untuk menciptakan kolam kecil kesukaanku itu.
Kolam kecil itu terbentuk disaat aku sudah benar-benar mengantarkan jiwa bonekaku
ke alam yang berbeda. Sayatan demi sayatan sudah memenuhi tubuhnya bahkan ada
beberapa tusukan di bagian-bagian tertentu. Aku selalu menganggap hobiku itu
ialah biasa, tetapi bagi orang yang memiliki kondisi jiwa normal hobi yang aku
punya ialah hobi yang sangat mengerikan. Hari demi hari dan malam demi malam
aku selalu menuruti hobiku itu sampai akhirnya hobiku itu kandas.
To Be Continue...
Uwahhh
ReplyDelete