I Live Forever With This Building

#CHAPTER 2





Sampai saat ini aku masih menjadi kepala UGD di Rumah Sakit ini, rasa curiga dari semua pegawai kepadaku tidak pernah muncul. Aku pikir semua yang aku perbuat sudah melebihi batas wajar, tetapi kenapa mereka semua masih belum menyadari siapa diriku yang sebenarnya? Memang gerak-gerikku saat sedang bekerja tidak mencurigakan, aku selalu berhasil melakukan setiap rencanaku. Saat ini keadaan halaman belakang gedung Rumah Sakit ini semakin sempit, karena semakin banyaknya jasad pasien yang aku kubur disini. Aku tidak tahu jasad mereka akan terurai dengan baik atau tidak, tetapi yang aku tahu jika manusia telah mati dan dikubur bersama tanah maka akan terjadi proses penguraian yang baik dan proses penguraian tersebut dibantu oleh jasad-jasad renik serta hewan-hewan kecil yang berasal dari dalam tanah. Aku berharap semua tubuh pasienku itu sudah abadi menyatu bersama tanah tanpa menyisakan satupun kerangka tubuh yang mereka punya.
Kondisi diriku yang sekarang semakin tidak karuan, bahkan aku sudah tidak memakan makanan yang biasanya dikonsumsi oleh manusia normal pada umumnya. Setiap kali aku berbelanja di supermarket, aku selalu membeli banyak daging sapi dan ayam segar. Daging-daging tersebut yang sampai saat ini sudah menjadi makanan sehari-hariku, tetapi dari kedua jenis daging yang selalu aku beli ada salah satu jenis daging yang paling aku suka dan tidak ada dijual di supermarket, yaitu daging manusia...
Dikala malam itu aku berniat untuk tidak memakan daging dan semua organ tubuh pasienku, tetapi tetap saja aku gagal untuk melawan nafsuku itu. Sangat mubazir rasanya jika aku tidak memakan daging beserta semua organnya, darimana aku bisa menikmati kenikmatannya jika tidak dari pekerjaanku ini? Akhirnya aku tetap menuruti nafsu kejiku itu, tetapi kali ini aku mencoba untuk memulai aksiku dari bagian kepalanya terlebih dahulu. Disaat aku memecahkan tengkoraknya aku melihat sebuah organ yang begitu segar tampilannya, organ itu ialah otak. Warna abu-abu yang diselimuti cairan telah menjadi ciri khasnya serta terdapat banyaknya lekukan dan syaraf-syaraf neuron didalamnya, teksturnya yang begitu lembut disaat aku memegangnya semakin membuatku ingin segera memakannya. Andai saja sedari awal aku melakukan hal yang serupa sudah kupastikan kenikmatan ini akan selalu aku dapatkan dimalam-malam yang sebelumnya, tetapi dimalam itu aku tidak langsung melahap mentah-mentah dagingnya serta organ dalamnya yang aku ambil. Aku mencoba untuk menikmati daging dan organ kesukaanku itu dengan perlakuan yang berbeda, yaitu dengan cara memasaknya dan memanggangnya. Aku mengambil alat hot plate magnetic stirrer, kompor listrik dan oven dari ruangan laboratorium Rumah Sakit. Untungnya disaat aku mengambil semua alat tersebut dari ruangan laboratorium tidak ada satu orangpun yang mengetahui. Sungguh malang sekali nasib pasienku dimalam itu, karena aku menikmati seluruh tubuhnya secara bertahap dan bahkan sesekali aku mematahkan, memotong serta merobek beberapa bagian yang terdapat ditubuhnya.
Ternyata rasanya lebih lezat jika dagingnya beserta semua organ tubuhnya dimasak terlebih dahulu, pasti akan lebih lezat dan gurih jika ditambah sedikit bumbu dapur, tetapi aku tidak akan mungkin pergi dari dalam ruangan UGD ini demi membeli bumbu dapur itu, karena akan sangat berbahaya jika aku meninggalkan ruangan UGD pada saat jam operasi. Jadi, aku memutuskan untuk mengolah daging beserta organ dalam tersebut tanpa menggunakan bumbu apapun. Pada malam itu aku memasak otaknya terlebih dahulu, setelah itu aku memasak jantungnya dengan menggunakan kompor listrik. Sedangkan organ yang lain aku panggang di dalam oven. Daging beserta jari-jari tangan dan kakinya aku panaskan menggunakan hot plate magnetic stirrer. Ruangan UGD ini seperti ku perlakukan selayaknya dapur umum Rumah Sakit. Tubuh pasienku itu semakin habis dan sangat usang. Kerakusanku dimalam itu melebihi dimalam-malam sebelumnya, bahkan aku hampir menghabiskan 1 tubuh manusia sekaligus! Sepertinya jiwa kanibalismeku ini tidak sendiri, entah mungkin ada beberapa jin yang merasuki serta membantuku untuk menjadi lebih rakus seperti ini.
Tidak terasa aksi kejiku dimalam itu sudah berjalan selama 4,5 jam didalam ruangan UGD ini. Belum sempat aku menikmati daging dan organ olahan yang aku buat. Tiba-tiba saja alarm darurat di ruangan UGD ini berbunyi, aku tak tahu apa penyebabnya. Ternyata aku melupakan satu hal, bahwasannya ruangan UGD ini sangat steril sekali sehingga alat-alat laboratorium yang aku bawa ke ruangan UGD ini menjadi penyebab bunyinya alarm ini. Aku sangat panik dimalam itu dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Pikiranku sudah tidak karuan, aku tidak tenang, jantungku berdegup sangat kencang. Tidak lama kemudian aku mendengar rentakan langkah kaki yang menuju ke ruangan UGD ini. Semua dinding ruangan UGD ini terbuat dari kaca, dan tidak ada satupun jendela sehingga aku tidak bisa keluar dari dalam ruangan ini. Aku terjebak di dalam ruangan ini, aku sudah tidak memikirkan keinginan nafsuku itu karena aku hanya memikirkan diriku sendiri. Aku harus bisa keluar dari ruangan UGD ini! Aku tidak boleh tertangkap oleh mereka! Sengaja sedari awal aku memberikan kunci pengaman tambahan untuk pintu masuk utama ruangan UGD ini, tetapi sayangnya kunci pengaman tersebut tidak bisa bertahan lama. Semua orang berhasil merusak pintu utama ruangan UGD ini, tetapi untungnya aku berhasil keluar dari dalam ruangan UGD itu. Yaaa…aku memecahkan dinding ruangan UGD itu dan meloncat dari atas gedung Rumah Sakit yang tingginya mencapai 1600 meter dari total 2000 meter tinggi keseluruhan gedung Rumah Sakit ini. Mereka sangat terkejut disaat melihat kondisi pasienku di dalam ruangan UGD itu, karena tubuhnya sudah sangat usang dan semua organ dalam beserta organ luarnya rusak parah akibat perbuatanku itu. Sedangkan kondisiku saat itu sudah tidak bernyawa lagi. Nyawaku direnggut oleh gedung Rumah Sakit ini. Aku mati dalam keadaan tragis. Kepalaku pecah, leherku patah, kedua kaki dan tanganku terlepas dari tubuhku. Saat itu kondisi tubuhku tidak jauh usangnya dengan kondisi tubuh pasienku itu.
Setelah kejadian mengerikan itu, Rumah Sakit ini disegel oleh pihak polisi dan bahkan ditutup. Jasadku tidak dikuburkan, melainkan diawetkan di dalam ruangan jenazah Rumah Sakit ini. Mungkin seiring berjalannya waktu aku akan membusuk bersama dengan gedung Rumah Sakit ini dan menjadi pegawai abadi disini…



THE END...

Comments

Post a Comment

Popular Posts