Thank You For Everything...
By the way, namaku Boy sedangkan wanita itu
bernama Rain, seperti arti namanya ia selalu datang sebagai hujan yang dapat
menyejukkan hatiku disaat aku sedang melihatnya dari kejauhan. Melihatnya dari
kejauhan saja sudah membuat hatiku sejuk, apalagi disaat aku bisa berjalan
berdua dengannya dibawah rintikan hujan sambil menatap matanya, tetapi aku rasa
hal itu tak akan bisa terjadi. Aku dan Rain berkuliah di kampus yang sama dan
di fakultas yang sama pula. Kami berdua ialah mahasiswa Fakultas Teknik Sipil.
Tidak hanya kampus dan fakultas saja yang sama melainkan kami berdua juga
menempati ruangan kelas yang sama. Inilah alasanku kenapa aku tidak bisa move on darinya. Cobaan yang sangat
berat bagiku untuk melupakannya.
Saat ini kami berdua sama-sama sedang menjalani perkuliahan disemester
7 dan InsyaAllah ditahun depan kami berdua sudah menjadi fresh graduate from our university. Setiap harinya aku selalu berjumpa
dengannya, tetapi aku tidak bisa berbicara dengan durasi waktu yang lama
dengannya. Tanganku semakin gemetar, keringatku semakin tidak karuan jika aku
semakin lama berbicara dengannya. Setiap kali aku berbicara dengannya aku tidak
kuasa untuk menatap matanya, terkadang mataku menoleh kebawah sesekali
jari-jari tanganku memainkan layar Apple watch
yang aku kenakan. Aku hanya dapat memandangi wajahnya disaat ia sedang
membawakan materi presentasi di kelas. Aku sengaja duduk dibagian depan agar aku
dapat dengan mudah melihat wajahnya. Sesekali aku mencoba untuk menoleh ke arah
dinding agar ia tidak menoleh kearahku. Moment
yang paling aku sukai ialah di moment
seperti itu, karena aku tidak harus berbicara langsung dengannya untuk melihat
wajahnya.
Setelah sekian lama aku mengaguminya dan beberapa kali
perasaanku ditolaknya, di hari ini entah ada keajaiban apa yang datang menghampirinya
yang menjadikan hatinya terbuka untukku. Sangat luar biasa! Di hari ini aku
merasa menjadi pria yang paling beruntung karena bisa menjadi yang pertama
untuk mengisi hatinya. Aku sempat tidak percaya dengan semua ini, tetapi ini
bukanlah sebuah mimpi, ia benar-benar mulai menyukaiku. Saat itu ia mengatakan
suka kepadaku melalui chatingan media sosial, ia bilang “Boy aku mau jujur,
tapi sebenarnya aku malu jika menyampaikannya langsung ke kamu jadi, aku
sampaikan lewat chat aja yaaa...by the
way entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu kepikiran kamu terus, aku juga
ngak paham sih maksud hatiku ini apa. Ngak biasanya sih aku seperti ini ke
lawan jenis hehehe, maaf ya kalau chatku ngak mengenakan hati.” Sewaktu aku
membaca chat darinya jantungku berdebar begitu kencang, aku merasa semua ini
hanya mimpi. Saat itu aku tidak membalas chat darinya, tetapi aku memutuskan
untuk langsung menemuinya. Seorang wanita seperti Rain bisa kumiliki, mungkin
ini bukan sebuah kebetulan di dalam hidupku, melainkan ini ialah sebuah
keajaiban.
Kami berdua semakin dekat, tetapi kedekatan kami tidak
diketahui oleh banyak orang. Teman-teman di kelas juga tidak banyak yang tahu,
karena kami berdua sengaja menutupinya. Tidak sedetikpun ku lewatkan tanpa
memikirkannya, saat ini hanya sosial media yang bisa menyalurkan rasa rinduku
kepadanya disaat aku sedang tidak bertemu dengannya ataupun tidak bersamanya.
Seperti yang aku ketahui Rain ialah seorang wanita yang super duper sibuk, ia
jarang sekali memiliki waktu luang terkadang waktu makan saja ia lupa. Waktu
luang yang ia punya biasanya dimanfaatkan untuk membaca buku-buku kesukaannya.
Sangat jarang sekali ia memulai chat duluan, bahkan hampir tak pernah, tetapi
aku memaklumi hal itu karena itu sebuah resiko jika berhubungan dengan seorang
wanita yang teoritis hehehe. Rasa sayangku kepadanya semakin dalam,
sampai-sampai aku takut untuk kehilangannya. Rain tidak menyukai hal yang
romantis, tetapi Rain menyukai hal yang teoritis. Kami berdua biasanya lebih
memilih berkencan ke perpustakaan kota atau ke book store untuk membaca atau membeli beberapa buku. Cara berkencan
kami sangat sederhana bukan?
Tidak terasa sudah 4 bulan lamanya kami menjalani hubungan
ini. Hanya dalam waktu 2 bulan lagi kami berdua akan menjadi alumni di Universitas
Bhayangkara ini dan menjadi fresh
graduate. Entah kenapa tiba-tiba Rain memintaku untuk tidak menghubunginya,
tidak menemuinya dan bahkan ia memintaku untuk melupakannya. Hatiku terasa
hancur saat itu. Kenapa ia dengan mudahnya memintaku untuk melakukan semua itu.
Padahal aku sudah menyiapkan moment
yang spesial untuknya yang bertepatan pada hari wisuda nanti. Aku berencana untuk
melamarnya, tetapi rencanaku itu telah kandas dibuatnya. Seperti yang aku
ketahui sebelumnya, ia berencana akan melanjutkan study S2 nya di Belanda setelah kelulusan ini. Memang sebelumnya ia
selalu mengaitkan hubungan ini dengan karir pendidikannya. Berkali-kali ia
memberikanku kode untuk mengakhiri hubungan ini, tetapi aku tidak dapat
memahami semua kode yang ia berikan. Rain termasuk seorang wanita yang sangat
fokus dengan mimpinya, bahkan ia bisa merasa terganggu jika ada seseorang yang
sedang mengisi hatinya. Ia bisa melepaskan seseorang tersebut demi mimpinya dan
saat ini seseorang tersebut ialah aku. Aku mencoba ikhlas dengan keputusan yang
diberikannya kepadaku. Semoga keputusan yang telah ia pilih ialah suatu
keputusan yang tepat untuknya dan juga untukku. Aku tidak berharap banyak, jika
kami tidak dipertemukan di dunia ini tidak masalah, tetapi aku berharap kami bisa
dipertemukan di kehidupan kami yang selanjutnya.
Berat rasanya memulai hal yang baru tanpanya. Aku jadi merasa
canggung saat bertemu dengannya di kelas, tetapi harus bagaimana lagi memang
sedari awal aku sudah sekelas dengannya. Aku lihat setelah ia melepaskanku
kehidupannya tetap bahagia bahkan sebelum aku masuk menjadi bagian di dalam
hatinya ia masih tetap kelihatan bahagia. Ternyata kebahagian yang ia punya
bukan berasal dari cinta seseorang, melainkan kebahagian yang ia punya berasal
dari setiap apa yang ia lakukan. Sekarang aku sadar, mengapa ia memintaku untuk
melupakannya karena tanpaku ia juga sudah bahagia jadi, untuk apa aku harus
datang di dalam kehidupannya?
Waktu demi waktu semakin berlalu, tidak terasa hari ini ialah
hari sidang pertama kami. Disaat aku sedang menunggu giliran panggilan sidang,
tiba-tiba Rain melintas dihadapanku dengan wajah gembira dan bahagia karena ia
sudah resmi menjadi sarjana Teknik Sipil (S.T). Tidak sedikitpun wajahnya
menoleh kearahku, tetapi dari kejauhan aku sangat dalam menatap rasa bahagia
yang ada di wajahnya. Rain semakin terlihat cantik disaat ia sedang tertawa
maupun tersenyum. Gigi gingsulnya yang menjadi perhatian banyak orang disaat moment seperti itu. Sejak Rain keluar
dari dalam ruangan sidang, semua teman dekatnya sudah menunggu di depan ruangan
itu sambil membawa berbagai hadiah untuknya, seperti bunga, bouquet jajanan ringan dan bahkan ada
yang membawakan boneka lengkap dengan aksesoris toga dan topi wisudanya. Rain
ialah wanita yang humble sehingga ia
memiliki banyak teman dan ia juga disayang oleh semua orang yang mengenalinya.
Rain mungkin saja saat ini sudah melupakanku, tetapi aku
tidak akan bisa melupakannya. Ia begitu istimewa bagiku, sangat sulit bagiku
untuk mendapatkan pasangan sepertinya. Setelah sidangku usai, aku mencoba
memberanikan diri untuk menemuinya dan mengucapkan ucapan selamat kepadanya.
Aku sempat tidak yakin jika rencanaku ini akan berhasil nantinya, tetapi aku
akan mencobanya terlebih dahulu. Sangat kebetulan sekali ia sedang duduk
sendirian di depan ruangan kelas sambil bermain smartphone nya sehingga ia tidak akan tahu siapa yang akan datang
menghampirinya. Saat itu aku mencoba berjalan menuju kearahnya dan aku juga
membawakan sebuah boneka yang imut untuknya. Tepat di depan kursi yang ia
duduki aku berdiri dan tidak lama setelah itu ia langsung menengadahkan
kepalanya ke arah wajahku. Aku langsung mengulurkan tangan kananku sembari ku
ucapkan, “selamat yaaaa akhirnya sudah S.T juga hehe. Oiya by the way, aku juga punya kado untukmu. Semoga aja kamu suka
yaaaa.” Uluran tanganku saat itu tidak langsung diterima olehnya dan
perlahan-lahan aku mulai menurunkan uluran tanganku dan mengarahkannya ke arah
saku celanaku. Setelah itu, ia membalas perkataanku, ia bilang “iyaaa kamu juga
yaaa. By the way, aku ngak bisa
nerima kado ini darimu, jadi sorry yaaa kalau aku tolak. Mendingan kamu berikan
ke Reny aja, soalnya tadi aku lihat Reny ngak dapat kado sama sekali selepas
sidang hehehe.” Hatiku semakin hancur saat itu juga dan bahkan aku semakin
yakin bahwasannya ia sama sekali sudah tidak menyukaiku dan benar-benar telah
menghapusku dari dalam kehidupannya. Aku langsung meninggalkannya sendirian di
depan ruangan kelas itu dan boneka yang
aku pegang tadi langsung aku campakkan kedalam tong sampah yang ada di depan
ruangan kelas itu. Rain melihat dengan jelas rasa kecewaku saat itu, tetapi ia
tetap saja duduk manis di bangkunya itu. Ia sama sekali tidak berusaha untuk
mengejarku dan menenangkan hatiku. Mungkin saat itu mataku tidak meneteskan air
mata, tetapi hatiku…hatiku sangat hancur rasanya.
Tiba saatnya hari H wisuda, aku sudah mencoba menahan mataku
untuk tidak menoleh ke arahnya, tetapi aku masih tetap saja gagal untuk
melakukannya. Rain menjadi salah satu mahasiswi lulusan terbaik (CUMLAUDE) di Fakultas Teknik Sipil dan
ia satu-satunya murid wanita yang berhasil meraih IPK tertinggi di kelas kami,
yaitu 3,98 dan nyaris sempurna! Disaat itu Rain dipilih sebagai perwakilan
mahasiswa Fakultas Teknik Sipil untuk menyampaikan pesan dan kesan yang ia
dapatkan selama mengenyam pendidikan di Universitas Bhayangkara ini. Rain
dengan kebaya merah jambunya beserta toga dan selempang cumlaude nya ditambah dengan sapaan senyum yang amat manis disaat
ia berjalan menuju atas podium auditorium kampus membuatnya semakin kelihatan
cantik dan mempesona. Rasa kagumku semakin bergejolak saat itu, aku semakin
sulit untuk melupakannya dari dalam kehidupanku. Aku sungguh tidak bisa menahan
mataku untuk tidak memandang kearahnya, ia sangat mempesona di hari wisuda itu.
Wajahnya yang cantik menjadi semakin cantik dengan adanya polesan make up yang
menghiasi wajahnya. Setelah acara wisuda selesai aku sudah tidak melihat Rain
di auditorium kampus. Mataku melihat kesana-kemari, tetapi aku sama sekali
tidak melihatnya. Entah kenapa rasa gengsi di dalam diriku sama sekali tidak
tersedia untuknya. Mungkin setelah acara wisuda itu Rain langsung pergi ke
Studio Photo untuk mengabadikan moment
wisudanya bersama kedua orang tua dan beserta beberapa keluarganya. Sangat disayangkan
sekali aku tidak sempat berfoto dengannya dihari wisuda itu.
Setelah 3 hari pasca wisuda, aku melihat story instagram Rain yang isinya ia sedang mempersiapkan diri untuk
ujian TOEFL dan IELTS. Ujian tersebut yang menjadi salah satu syarat mahasiswa
asing yang akan melanjutkan study ke luar negeri dan disaat itu pula
Rain sudah kembali ke kampung halamannya. Aku pasti akan merindukannya…dan akan
sangat merindukannya. Setelah 3 bulan pasca kelulusan dari Universitas
Bhayangkara, Rain juga sudah resmi menjadi salah satu mahasiswa asing di
Belanda. Keadaan umur Rain yang masih belia membuatnya semakin ingin lebih
banyak menggapai semua mimpinya dan menggapai banyak prestasi. Aku memang sudah
tidak pernah berkomunikasian melalui chatingan whatsapps maupun direct
message dengannya, tetapi aku selalu mengetahui semua kegiatannya melalui
semua unggahan story instagram dan
postingannya. Kami berdua semakin jauh dan bahkan harapanku untuk bersama Rain
juga sudah pupus. Aku tidak akan bisa bersamanya, karena mungkin aku bukanlah
tipe pria idamannya. Dengan seiring berjalannya waktu aku mulai memutuskan
semua pertemananku dengannya melalui semua akun sosial media yang aku gunakan.
Karena hanya dengan cara seperti itu aku perlahan-lahan dapat melupakannya.
Dikehidupanku yang sekarang aku harap akan lebih indah dan pastinya akan lebih
baik dari pada kehidupanku yang sebelumnya. Sekarang ini aku sudah bekerja di
sebuah perusahaan konstruksi swasta terbesar yang ada di Singapura. Hari demi
hari silih berganti dan aku sudah mulai melupakan Rain, karena saat ini sudah
ada seorang wanita yang tidak hanya sekedar menyukaiku, melainkan ia juga
sangat mencintaiku. Aku sangat bahagia bisa mengenal dan menjalin cinta bersamanya
karena aku baru menyadari bahwasannya membuka hati yang baru akan memberikan
rasa bahagia yang luar biasa. Aku juga sudah merencanakan sebuah hari spesial
untuk kami berdua. Aku akan menikah di akhir bulan Desember tahun ini. Sekarang
disetiap detik yang aku lalui tak lupa ku mengucap syukur kepada-Nya, tetapi
sebelumnya aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Rain yang telah
menjadi cinta pertamaku diwaktu lalu. Aku hanya ingin menyampaikan padanya,
bahwasannya aku sudah menemukan cinta terakhirku yang InsyaAllah akan selalu
menemani hidupku sampai waktu memanggilku untuk kembali kepada-Nya…
THE END...
Comments
Post a Comment