Jadilah Perempuan Yang Cerdas!


   Ilustrasi skill untuk fresh graduateIlustrasi ibu mengajarkan anaknya membaca. shutterstock.com


DNA (Deoxyribose Nucleic Acid) dikatakan sebagai penentu pewaris sifat untuk generasi selanjutnya (gen). Entah itu sifat yang tampak maupun yang tidak tampak. Sifat yang tampak (genotipe) terdiri dari : bentuk wajah, gigi (gingsul), rambut (ikal, lurus, keriting), warna kulit, bibir yang mungil, tinggi badan, hidung mancung/pesek dsb. Sedangkan sifat yang tidak tampak (fenotipe) terdiri dari : kecerdasan (baik kecerdasan IQ maupun EQ). Setiap orang memiliki DNA yang berbeda-beda, bahkan yang kembar identik sekalipun memiliki DNA yang berbeda. DNA yang kita miliki ialah penggabungan antara DNA ayah dan DNA ibu. Ayah memiliki kromosom berupa X dan Y, sedangkan ibu memiliki kromosom XX. Kromosom tersebut disebut sebagai gonosom (kromosom penentu jenis kelamin). Kita sering mendengar jika anak yang cerdas terlahir dari ibu yang cerdas pula. Ada yang menganggap itu hanya sebuah mitos dan ada juga yang menganggap itu fakta. Nah, bagaimana menurut anda? Apakah itu hanya sebuah mitos? Atau fakta? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Washington, ibu menurunkan gen kecerdasan lebih banyak karena ibu memiliki 2 kromosom X. Sedangkan ayah hanya memiliki 1 kromosom X. Kromosom inilah yang menentukan fungsi kognitif seorang anak.
Ternyata ibu menjadi pewaris dominan untuk menghasilkan generasi-generasi yang cerdas. Setiap anak yang dilahirkan baik laki-laki maupun perempuan pasti selalu memiliki kromosom X di dalam DNA nya. Kromosom X tersebut lebih dominan didapatkan dari ibu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh sederhana persilangan di bawah ini.

            ><            
P :                                X, Y                           X,X
G :                                           X, Y dan X
F1 :
♂/♀

X
Y
X
XX
XY
            Keterangan : ♂ = laki-laki
                     ♀ = perempuan
                     P = Parental (Induk)
                     G = Gamet
                     F1 = Fenotipe 1
                    XY = Keturunan laki-laki
                    XX = Keturunan perempuan

Dari hasil persilangan tersebut dapat kita lihat setiap keturunan yang didapatkan selalu memiliki kromosom X baik itu laki-laki maupun perempuan. Sedangkan kromosom Y hanya dimiliki oleh keturunan laki-laki saja. Jadi, tidak ada alasan bagi perempuan untuk tidak berpendidikan tinggi. Karena generasi yang cerdas sebagian besar didapat dari kromosom ibu (DNA). Selain didapat dari keturunan gen, kecerdasan juga didapat dari lingkungan. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor penentu kecerdasan anak. Lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak akan mempengaruhi pola pikir mereka. So, bagaimana dengan nasib laki-laki? Apakah mereka juga harus berpendidikan tinggi? Atau hanya perempuan saja yang harus berpendidikan tinggi? Well…jangan sampai salah persepsi yaaa guys. Perempuan dikatakan sebagai penentu generasi cerdas bukan berarti kaum lelaki tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi pula. Gonosom X juga dimiliki oleh laki-laki, tetapi gen laki-laki seolah-olah di nonaktifkan oleh gen kecerdasan perempuan (ibu). Bukti lain dari studi yang dilakukan oleh Medical Research Council Social and Public Health Science Unit terhadap 12.686 orang berusia 14 – 22 tahun. Pertanyaan yang diajukan berfokus pada IQ, ras, pendidikan dan status sosial ekonomi. Dari serangkaian pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa predictor terbaik dari kecerdasannya adalah IQ ibu mereka, tetapi para ayah tidak perlu berkecil hati meskipun gen kecerdasan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya lebih condong dari ibu, para ayah tetap memiliki pengaruh dalam pembentukan karakter fisik anak.
Bagaimana ladies? Masih mau malas-malasan belajar? Atau malah termotivasi dengan tulisanku ini? Hehehe. Belajar tidak harus di sekolahan atau di perguruan tinggi kok. Belajar bisa dilakukan dimanapun asalkan ada niat. Belajar juga tidak mengenal usia. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Belajar juga tidak harus selalu berhubungan dengan biaya. Jika hanya untuk sekedar mengasah otak atau menambah wawasan saja kita cukup membeli buku di toko buku atau membaca artikel-artikel yang bermanfaat melalui smartphone yang kita punya itu saja sudah dapat mengasah otak dan menambah wawasan kita. Semakin tinggi wawasan yang kita punya akan mempengaruhi pola pikir generasi kita selanjutnya. Karena generasi-generasi yang cerdas dilahirkan dari orang tua-orang tua yang cerdas pula khususnya para ibu.

"Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu." - Dian Sastrowardoyo

Comments

Popular Posts