Because of You, I'm Alive


Hasil gambar untuk gambar ilustrasi ayah dan anak perempuannya
Source Image : https://www.hipwee.com/

Hidup dengan keadaan yang serba sederhana mengajarkanku arti bersyukur yang sebenarnya. Perkenalkan namaku Riana, aku dibesarkan oleh ayahku di rumah yang sangat sederhana. Rumah yang menjadi tempat tinggal kami memiliki dinding yang hanya terbuat dari papan kayu jati, atapnya terbuat dari kumpulan pelepah daun kelapa dan lantainya yang hanya terbuat dari coran semen kasar. Jika sudah memasuki musim kemarau yang berkepanjangan hawa di dalam rumah kami sangat panas, tetapi sebaliknya jika sudah memasuki musim penghujan disetiap sudut rumah harus sudah disediakan ember untuk menampung air hujan yang berhasil masuk ke dalam rumah kami. Walaupun begitu aku tetap bersyukur karena diluar sana masih ada banyak orang yang tidak seberuntungku saat ini. Ayahku ialah orang yang paling hebat, beliau bisa menjadi seorang ayah kapanpun dan sekaligus menjadi seorang ibu untukku. Aku sudah tidak memiliki ibu, ibuku meninggal disaat pasca melahirkanku. Aku hanya anak perempuan satu-satunya yang menjadi teman hidup ayah. Aku dan ayah hanya tinggal berdua, di rumah yang sangat sederhana ini. Rumah kami jauh dari peradaban kota dan aku memang terlahir dari desa yang amat terpencil. Setiap malam di rumah kami hanya menggunakan lampu sentir sebagai alat penerang. Karena hanya rumah kami yang masih belum memiliki saluran listrik.
Ayahku hanya seorang pekerja buruh harian lepas di setiap kebun warga sekitar. Gaji ayah perharinya hanya cukup untuk membeli beras 2 kilogram. Aku dan ayah setiap harinya hanya makan dengan lauk tempe goreng ataupun tahu goreng. Jika ayah sedang tidak bekerja dan tidak punya uang, aku dan ayah hanya makan dengan singkong rebus atau jagung rebus yang dijadikan sebagai bahan pengganti makanan pokok. Terkadang aku ingin mengatakan ke ayah “yah aku ingin makan ayam goreng, ingin punya sepatu bagus, baju bagus, tas sekolah yang bagus. Aku bosan makan pakai tempe goreng ataupun tahu goreng terusss, aku juga ingin seperti teman-teman yang lainnya yang bisa makan enak, punya sepatu bagus, baju bagus dan tas bagus”, tetapi aku tidak pernah tega untuk mengatakan keinginanku itu kepadanya karena hal tersebut hanya membuatnya sedih dan malah akan menjadi beban pikirannya. Sewaktu aku duduk di bangku Sekolah Dasar, sering kali teman-teman di sekolahku mengejekku sebagai anak singkong. Jika mengingat hal itu aku merasa kesal dan rasanya ingin marah, tetapi memang benar aku hanya seorang anak singkong. Sepatu, baju, tas yang aku kenakan sebagai seragam sekolah sudah dapat dikatakan tidak layak pakai, tetapi aku tetap memakainya karena aku tahu ayah pasti tidak punya uang untuk membelikanku satu set seragam sekolah baru. Ternyata ayah punya cara yang berbeda untuk memberikanku seragam sekolah baru. Pada waktu itu, ayah memberikanku satu set seragam sekolah baru yang bertepatan dengan hari ulang tahunku. Ayahpun sudah merencanakannya di jauh-jauh hari. Entah bagaimana caranya ayah menyisihkan sebagian uangnya untuk membelikanku satu set seragam sekolah baru. Ayah selalu berhasil membuatku bahagia. Aku sangat bersyukur memiliki ayah sepertinya.
Jika aku terbangun dari tidurku ditengah malam, aku sering melihat ayah di kamarnya sedang sholat sambil menangis tersedu-sedu. Entah do’a apa yang ayah minta kepada Sang Pencipta sampai ayah menangis tersedu-sedu seperti itu. Ayah selalu berkata “ntar kamu harus bisa jadi orang besar yang berilmu, baik ilmu akherat maupun ilmu dunia. Ayah janji akan menyekolahkanmu setinggi mungkin. Jadi, kamu harus bisa menjadi anak yang berprestasi dimanapun kamu berada. Jadikan dirimu sebagai tombak untuk meraih impianmu yaa nak…ayah hanya bisa mendo’akan dan berusaha untuk memberikan pendidikan yang layak untukmu.” Aku hanya bisa memeluknya disaat ayah memberikanku semangat untuk mengapai impian yang ku punya. Ayahku memang bukan seperti ayah yang lainnya. Ayahku memang tidak memiliki pekerjaan yang tetap, tetapi ayahku selalu ada disaat aku membutuhkannya.
Ayah selalu mengajarkanku bagaimana cara bersyukur, sabar jika sedang mengalami kesulitan, keikhlasan, pantang menyerah, tidak pendendam dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Tanpa didikan ayah, aku pasti tidak akan bisa bertahan dengan bullyingan teman-temanku semasa sekolah. Bullying yang aku dapatkan tidak berakhir setelah aku lulus Sekolah Dasar. Bullying tersebut masih tetap berlanjut sewaktu aku duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Seperti biasa aku tetap mendapat julukan sebagai anak singkong dan aku sudah kebal dengan julukan tersebut. Jadi, aku tidak perlu berkecil hati. Karena aku memiliki cara tersendiri untuk membeli mulut-mulut mereka yang menghinaku. Di SMP aku selalu menjadi perwakilan olimpiade sains dalam tiap semesternya. Aku selalu berhasil mengharumkan nama sekolah setiap kali aku menjadi perwakilan olimpiade. Beberapa piala olimpiade yang aku dapatkan terpajang rapih di dalam ruangan guru. Aku bangga bisa memberikan sesuatu hal yang berharga untuk sekolahku. Disisi lain tidak hanya aku saja yang bangga, melainkan juga ayah, ayah juga sangat bangga kepadaku karena aku sudah dapat menjalankan salah satu amanahnya dengan baik.
Semangat belajarku yang aku punya serta semua prestasi yang sudah aku raih semuanya aku hadiahkan untuk ayah. Karena ayah aku bisa meraih apapun yang aku impikan. Motivasi-motivasi yang ayah berikan kepadaku selalu aku jadikan penyemangatku kapanpun itu. Ayahku akan tetap menjadi ayah yang terhebat di dalam hidupku.
Waktu semakin berlalu dan akupun semakin tumbuh dewasa. Memasuki masa-masa SMA lebih mengajarkanku bagaimana aku harus bisa menjadi orang yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi orang banyak. Orang bilang masa-masa SMA ialah masa-masa yang paling indah, tetapi bagiku tidak. Bagiku masa-masa SMA ialah masa-masa dimana aku harus bisa menjadi pribadi yang dapat mempersiapkan masa depan sebaik-baiknya. Karena aku bukan termasuk orang yang terlahir dari keluarga yang kaya harta, tetapi aku hanya terlahir dari keluarga yang kaya hati. Aku punya ayah yang sungguh hebat. Ayah yang selalu mendidikku untuk menjadi orang yang berguna bagi  banyak orang dan ayah yang selalu mengajarkanku bagaimana cara mensyukuri kehidupan yang aku punya. Seiring berjalannya waktu, aku telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas. Lagi-lagi aku selalu berhasil menjalankan amanah dari ayah. Alhamdulillah di tahun angkatanku, aku menjadi murid peraih nilai Ujian Nasional tertinggi di sekolah. Tidak hanya itu, aku juga diterima di Universitas Indonesia di Fakultas Hukum melalui jalur undangan. Jurusan yang aku pilih sesuai dengan apa yang aku targetkan. Sejak SD, aku bercita-cita ingin menjadi seorang pengacara terkenal seperti Mr. Hotman Paris Hutapea. Keahlihan beliau dalam menyelesaikan masalah serta menganalisa masalah dapat dikatakan sangat baik. Maka dari itu aku sangat mengagumi kecerdasan beliau dibidang ilmu hukum. Tetapi disisi lain semua keberhasilan yang sudah aku capai hanya aku persembahkan untuk ayahku tercinta.
Selama aku kuliah ayahku tidak terbebani dengan biaya-biaya kuliah yang aku butuhkan. Aku mendapatkan beasiswa dari pemerintah yang saat ini sering disebut dengan beasiswa bidikmisi. Tidak hanya uang kuliah saja yang aku dapatkan dari beasiswa tersebut, melainkan aku juga mendapatkan uang buku untuk keperluan tambahan buku penunjang setiap mata kuliah yang aku ambil. Indeks Prestasi Semester (IPS) yang aku dapatkan juga sudah membuat diriku dan ayahku tersenyum bahagia. IPS 3.98 ditiap semester berhasil aku capai sampai saat ini (disemester 7). Andai saja ibu masih ada. Pasti beliau juga akan sangat bangga kepadaku, karena aku perlahan-lahan sudah merubah nasib dikeluarga ini. Sudah hampir 21 tahun ayah membesarkanku seorang diri, sampai aku sudah hampir menyelesaikan pendidikanku di perguruan tinggi ini. Ayah sangat hebat…ayah selalu berhasil membuatku tidak mudah putus asa. Ayah selalu menjadi moodboster andalanku disetiap waktu. Aku janji ke ayah, aku tak akan mengecewakannya. Aku akan selalu membuat ayah tersenyum dengan apa yang aku lakukan dan apapun yang aku capai.

Hasil gambar untuk ilustrasi ayah dan anak perempuannya yang sudah wisuda
Source Image : https://www.kompasiana.com/
Menjadi lulusan wisudawati terbaik di Universitas Indonesia khususnya di Fakultas Hukum memberikan rasa bahagia tersendiri untukku dan juga untuk ayahku. Namaku dan nama ayah diumumkan melalui podium utama Graha UI karena aku berhasil meraih IPK tertinggi di Fakultas Hukum ditahun angkatan 2015. Tidak hanya itu, namaku juga diumumkan sebagai salah satu anggota baru di KemenHumRI bahwasannya diriku sudah diterima disalah-satu kursi Kementrian Hukum Republik Indonesia. Aku diterima di KemenHumRI tanpa memberikan selembar berkas! Sungguh Allah Maha Baik. Aku masih tidak menyangka dengan skenario yang telah ditetapkan oleh-Nya untukku. Tangisan haru ayah terlihat olehku dari kejauhan. Aku semakin tak kuasa menahan air mataku. Perlahan-lahan air mataku pun terjatuh membasahi riasan wajahku. Sembari di dalam hati aku berkata “Ayah terima kasih, jika tidak karena didikan dan motivasi yang kau beri aku tak akan bisa menjadi seorang Riana yang seperti sekarang ini.” Pasca 2 tahun setelah kelulusanku, aku dan ayah sudah memiliki rumah yang layak huni daripada rumah sebelumnya, sudah tersedia listrik, makan-makanan enak setiap saat sudah tersedia di meja makan, bahkan saat ini kendaraan yang ayah kenakan juga sudah memiliki roda 4, ayah juga sudah tidak menjadi pekerja buruh harian lepas disetiap kebun warga sekita. Ayahku tetap bekerja, tetapi pekerjaan ayah saat ini hanya memantau perkembangan toko beras dan beberapa toko sembako yang beliau punya (dalam artian, my father as owner). Di tahun ke-2 ini aku dan ayah juga berencana akan pergi bersama ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah terakhir yang terdapat di dalam rukun islam. Alhamdulillah semua ini bisa aku raih dengan mudah karena Ridho-Nya. Yah…Riana yang selalu dijuluki sebagai anak singkong, saat ini sudah berhasil meraih mimpinya dan menjalani semua amanah dari ayahnya tercinta (sautku di dalam hati).

“Walaupun kamu tidak terlahir dari keluarga yang kaya itu bukanlah suatu kesalahanmu, tetapi jika kamu meninggal dalam keadaan miskin itu ialah suatu kesalahanmu. Jangan takut untuk bermimpi selagi kamu punya tekad, niat dan juga Allah yang Maha Segalanya, yang dapat mewujudkan mimpimu seiring berjalannya waktu” –Riana


Comments

Popular Posts